Wednesday, December 15, 2010

Sejarah Azan


Bilal atau muazzin (Arab: مؤذن‎, mu’aḏḏin) adalah gelaran yang diberikan kepada orang yang melaungkan azan (seruan untuk menandakan masuknya waktu solat).
Dalam sejarah Islam laungan pertama Azan dilaungkan ketika pembukaan kembali kota suci Makkah al-Mukarramah, di mana ketika itu laungan azan dilaungkan oleh seorang pemuda yang bernama Bilal bin Rabah. Pemuda beriman yang berkulit hitam itu berasal dari Habsyah (Ethiopia).


Tahukah kita, jika adzan yang kita dengar sebagai tanda waktu solat berasal dari impian Rasulullah?. Ikutilah kisah bermulanya peristiwa azan


Pada waktu Rasulullah menetap di Medinah tahun pertama Hijrah, baginda membangun masjid dan melaksanakan solat berjama’ah. Pada waktu itu kaum muslimin selalu mengintai dan mengira-ngira waktu solat kemudian pergi ke masjid untuk mengikuti solat berjama’ah. Tetapi masalah itu tidaklah mudah, maka ada yang kadang ketinggalan solat berjama’ah atau terlambat kerana kurang mahir mengandaikan waktu.
Rasullullah berpikir tentang bagaimana cara mengumpulkan orang-orang Islam  bagi solat berjama’ah? 


Orang-orang Islam pun mulai memikirkan penyelesai untuk mengatasi masalah ini. Ada yang mengusulkan kepada Nabi supaya beliau mengibarkan bendera ketika solat tiba. Ketika orang-orang Islam melihat bendera itu, mereka memberitahu kepada yang lain, sehingga mereka semua datang ke masjid. Akan tetapi nabi tidak tertarik dengan cadangan  ini. Kelompok kedua mengusulkan agar mereka meniup terompet ketika waktu solat tiba. Namun baginda tidak tertarik dengan cadangan ini  dan baginda bersabda; “Itu adalah tradisi yahudi’. Masalah itu tetap ada dan belum ada penyelesaiannya. Lalu Abdullah bin Zaid pulang ke rumah sambil memikirkan apa yang sedang dipikirkan oleh Rasullullah. Kemudian tidur dan memikirkan masalah itu. Ternyata ia bermimpi melihat adzan.


Keesokan harinya Abdullah bin Zaid menemui Rasulullah dan berkata: “ Ya Rasulullah, sesungguhnya semalam ada orang berbaju rangkap berwarna hijau berkeliling dan bertemu denganku sambil membawa loceng. 


Lalu aku bertanya: “Hai Hamba Allah, apakah kamu menjual loceng ini?”
“Untuk apa?” katanya.
“Untuk memanggil orang-orang ke tempat solat” jawabku.
Lalu orang itu berkata: “Maukah aku tunjukkan padamu sesuatu yang lebih baik dari itu?”
“Apa itu” tanyaku.
Ia menjawab”Kamu bias mengucapkan: “Allahu Akbar Allahhu Akbar …. Sampai akhir Adzan.”
Kemudian ia berlalu, lalu berkata: “Jika hendak menunaikan shalat, ucapkanlah: “Allahu Akbar Allahu Akbar ….sampai akhir iqamat.”


Kemudian Rasulullah bersabda: “Itu adalah mimpi yang benar (hak), insya Allah. Berdirilah bersama Bilal dan bacalah apa yang kamu lihat di dalam mimpimu agar dikumandangkan olehnya. Karena suaranya lebih merdu daripada suaramu.”


Kemudian Abdullah bin Zaid berdiri bersama Bilal dan menyampakan Adzan padanya, kemudian Bilal mengumandangkannya.


Sementara itu Umar bin Khathab yang sedang berada di rumah mendengar suara itu. Ia lerus keluar sambil menarik jubahnya dan berkata: ”Demi Tuhan Yang mengutusmu dengan Hak, ya Rasulullah, aku benar-benar melihat seperti yang ia lihat (di dalam mimpi). Lalu Rasulullah bersabda: ”Segala puji bagimu.”



Oleh kerana itulah mimpi dapat menjadi salah satu cara untuk melahirkan idea-idea inovatif.

No comments:

Post a Comment